sekilas.co – Kepolisian Daerah Jawa Timur terlibat langsung dalam proses pencarian korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran di Sidoarjo. Proses identifikasi korban dilakukan secara intensif di posko Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkara Surabaya.
Kapolda Jawa Timur, Inspektur Jenderal Nanang Avianto, menyebutkan bahwa kepolisian membagi pendataan korban ke dalam tiga klaster. Dua klaster pertama terdiri dari santri dan pengurus Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran. Sementara itu, klaster ketiga mencakup para pekerja bangunan, yang pendataannya masih belum lengkap. “Untuk pekerja bangunan, kita masih menelusuri siapa yang bertanggung jawab, termasuk mencari pimpinan proyeknya,” ujar Nanang dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Tempo, Senin, 6 Oktober 2025.
Menurut Nanang, perkembangan terbaru dalam proses evakuasi menunjukkan bahwa masih ada sekitar 58 orang yang keberadaannya belum diketahui. “Saat ini, ada tambahan lima jenazah yang ditemukan dan sedang dalam proses identifikasi di RS Bhayangkara,” ujar Nanang.
Berdasarkan laporan tim search and rescue (SAR) gabungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga tengah malam Ahad, 5 Oktober 2025, jumlah korban tewas yang ditemukan telah mencapai 49 orang.
Sepanjang hari Ahad, tim berhasil menemukan 24 jasad. “Sebanyak 24 jenazah telah ditemukan, termasuk empat potongan tubuh manusia,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis, Ahad, 5 Oktober 2025.
Abdul menambahkan bahwa seluruh jenazah dan bagian tubuh tersebut telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, untuk diidentifikasi. Dengan temuan jenazah terbaru ini, korban yang masih hilang saat ini berjumlah 14 orang.
Sementara itu, korban yang ditemukan dalam kondisi selamat tercatat 104 orang, dengan 6 orang masih menjalani perawatan intensif, 97 orang telah selesai menjalani perawatan, dan 1 orang kembali ke rumah tanpa perawatan.
Kepolisian berencana memulai penyelidikan hukum setelah seluruh proses evakuasi rampung, terutama untuk memastikan ada atau tidaknya unsur kelalaian yang menyebabkan tragedi tersebut.
Nanang menegaskan bahwa kesimpulan terkait dugaan kelalaian konstruksi hanya dapat dilakukan oleh ahli. “Indikasi awal penyebab runtuh akan dijelaskan oleh tenaga ahli agar valid secara ilmiah. Jadi, sabar dulu, kita selesaikan evakuasi korban,” kata Nanang.
Langkah hukum terkait insiden bangunan ambruk di Ponpes Al Khoziny diketahui setelah beredar surat Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda Jawa Timur tertanggal 2 Oktober 2025. Surat tersebut menyebutkan bahwa Penyidik Unit II Subdit Indagsi Ditreskrimsus Polda Jatim I sedang melakukan penyelidikan terkait dugaan tindak pidana menghilangkan nyawa orang dan bangunan gedung.
Dalam surat itu disebutkan bahwa Shaka Nabil Ichsani dipanggil untuk menghadap penyidik pada Jumat, 3 Oktober 2025, di Polda Jatim, serta diminta membawa dokumen yang berkaitan dengan perkara tersebut.
Penyidik Polda Jatim, Ajun Komisaris Edi Iskandar, membenarkan pemanggilan tersebut. “Benar. Kami panggil sebagai saksi,” kata Edi kepada Tempo, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Insiden ambruknya salah satu bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, terjadi pada Senin, 29 September 2025, pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri putra sedang melaksanakan salat Ashar berjamaah di lantai dasar, sementara bangunan memiliki empat lantai.
Polisi Selidiki Penanggung Jawab Proyek Ponpes Al Khoziny
sekilas.co – Kepolisian Daerah Jawa Timur terlibat langsung dalam proses pencarian korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran di Sidoarjo. Proses identifikasi korban dilakukan secara intensif di posko Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkara Surabaya.





