sekilas.co – Detasemen Khusus Antiteror Polri (Densus 88) menggelar pelatihan khusus bagi 400 guru Bimbingan Konseling (BK) dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Penguatan kapasitas ini dilakukan menanggapi maraknya kasus bullying serta kerentanan siswa terhadap paham ekstremisme atau radikalisme.
Kepala Sub Direktorat Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 AT Polri, Komisaris Besar Moh Dofir, mengatakan bahwa tindakan perundungan pada murid tidak boleh lagi dianggap masalah ringan. “Bullying, trauma, dan kerentanan terhadap ekstremisme harus ditangani sejak dini,” ujarnya.
Menurut Dofir, peran guru BK perlu diperkuat dalam melakukan deteksi dini dan mencegah kekerasan di lingkungan pendidikan. “Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat sekolah sebagai ruang aman dan bebas ekstremisme,” kata Dofir dalam keterangan tertulisnya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana, menambahkan bahwa sekolah semestinya menjadi benteng dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan. “Sekolah harus berperan aktif menjaga lingkungan belajar dari pengaruh intoleransi, kekerasan, serta konten negatif digital,” ujarnya.
Densus 88 Antiteror Polri sebelumnya mencatat ada sekitar 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun yang diduga direkrut jaringan terorisme, tersebar di 23 provinsi.
“Provinsi dengan jumlah anak paling banyak terpapar paham ini adalah Jawa Barat, kemudian Jakarta. Ini data yang sampai hari ini kami dapat,” kata Juru Bicara Densus 88, Ajun Komisaris Besar Mayndra Eka Wardhana, Selasa, 18 November 2025.
Mayndra menambahkan, kepolisian masih melakukan proses penyelidikan. “Sehingga jika besok atau lusa ada penambahan data, itu adalah progres dari penyelidikan yang dilakukan,” ujarnya.
Tindakan perundungan ini sebelumnya diduga terkait dengan kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta. Siswa lain berinisial ZA menyebutkan bahwa pelaku peledakan, F, kerap menjadi korban perundungan.





